07 Januari 2008

Kerang Mutiara

Pagi tadi saya ketemu dan ngobrol-ngobrol dengan rekan sekampus saya di MU, namanya Akrom. Saya biasa memanggil beliau dengan sebutan Syaikh Akrom. Maklumlah, beda umur kami cukup jauh. Selain ngobrol-ngobrol ringan, seperti biasa, Syaikh menawari saya Majalah Suara Hidayatullah (SaHid) baru. Dan seperti biasa pula, saya membelinya. Alhamdulillah saya sudah hampir 1 tahun berlangganan majalah ini. Penjualnya? Tentu saja Syaikh.

Banyak artikel-artikel bagus di majalah ini. Tapi artikel yang mau saya ceritakan di sini (menurut saya) adalah artikel terbaik yang pernah saya baca. Kenapa?

Pertama, karena isinya sangat menggugah sekali. Sebuah artikel (lebih tepatnya mungkin testimoni) yang menceritakan perjalanan seseorang dari "bawah" sampai ke "atas". Benar-benar luar biasa menyentuh.

Kedua, karena saya sendiri pernah mengikuti pelatihan orang tersebut. Nggak banyak-banyak sih, cuma 2 kali. Waktu itu mau mulai tahun ajaran baru, 2007-2008, dan kantor saya mengadakan pelatihan guru dan seminar pendidikan dengan beliau sebagai pengisinya. Jujur saya katakan, saya puas dengan 2 pelatihan tersebut. Hati dan akal pikiran saya benar-benar tersengat. Subhanallah... kata-kata dan nasihat yang beliau sampaikan benar-benar berkesan.

Judul artikel itu adalah "Belajar Hijrah dari Jamil Azzaini". Ditulis oleh Deka Kurniawan dan kalau mau baca versi lengkapnya, beli aja majalahnya: SaHid edisi Januari 2008. Murah kok, cuma Rp. 16.000,-; lebih murah daripada voucher pulsa Esia yang tiap bulan saya beli. Kalau mau lihat di situs www.hidayatullah.com silakan aja, tapi pas tadi saya ke situs itu, entah kenapa artikel bagus ini belum ada. Atau sebenarnya ada tapi saya nggak tahu cara bukanya?

Di artikel itu disebutkan bahwa Mas Jamil saat masih kecil sudah memilih untuk menjadi kerang mutiara, bukan kerang rebus. Ini adalah pilihan beresiko tinggi karena ayah beliau sebelumnya memberitahu bahwa kerang mutiara adalah kerang yang merasakan sakitnya pasir saat ia membuka penutup tubuhnya. Tapi walau sakit, ia tetap sabar dan malah membungkus pasir tersebut hingga menjadi mutiara.

Cerita berlanjut. Karena sudah memilih menjadi kerang mutiara, mulailah cobaan demi cobaan hidup harus dijalani Mas Jamil. Di antaranya adalah:

1. Mencari sendiri uang untuk membayar SPP SMP-nya. Untuk ini, Mas Jamil bekerja sebagai pengambil getah dari perkebunan karet di PTP X. Gara-gara itu, aroma tak sedap kerap menempel di tangannya dan tidak bisa hilang walau sudah dicuci dengan sabun. Gara-gara itu pula teman-temannya di SMP sering meludahi (!) tangannya. Bahkan pernah ludah temannya itu mengenai wajahnya (!).

2. Menempuh jarak 23 KM untuk bersekolah di SMAN Way Halim, Bandar Lampung dengan menggunakan sepeda (!).

3. Mendapat penghinaan dari tetangganya hanya karena Mas Jamil dan ayahnya hendak meminjam uang Rp. 300.000,- untuk biaya keberangkatan beliau ke Bogor. FYI, lulus dari SMA di Bandar Lampung, beliau keterima kuliah di IPB Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

4. Terpaksa menumpang tidur di masjid kampus karena tidak bisa menyewa kamar kos sendiri. Atau beberapa kali menumpang di kos teman-temannya.

5. Seringkali hanya makan sekali sehari.

Saya yakin, sebenarnya ada lebih dari 5 cobaan Allah yang menimpa Mas Jamil dalam hidupnya. Tapi yang bisa saya sarikan dari artikel di SaHid itu cuma 5 ini.

Lalu asal tahu aja, sekarang ini Mas Jamil sudah menjadi orang sukses. Yah, minimal menurut saya lah. Beliau berhasil menamatkan S2-nya di Program Studi Magister Manajemen Agribisnis IPB, menjadi pengurus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan membangun lembaga edukasi Kubik Training and Consultancy. Hebat ya? Ternyata kelima cobaan di atas (plus cobaan-cobaan lainnya) telah berhasil membentuk Mas Jamil sebagai kerang mutiara.

Ibrohnya: tidak ada kesuksesan yang instan. Semua orang yang ingin sukses harus melewati ujian-ujian Allah sehingga akan jelaslah, apakah keinginan suksesnya itu asli atau palsu.

Semoga kita semua diberikan kekuatan dan kemampuan oleh Allah untuk melewati ujian-ujian-Nya. Amin.

Oh iya, insya 'Allah tanggal 8 atau 9 Januari 08 kita akan memasuki tanggal 1 Muharram 1429 H. Semoga kedatangan bulan Muharram tersebut mengingatkan kita akan semangat Rasulullah dan para sahabat untuk berani meninggalkan Mekkah demi sebuah nilai agung: Islam. Amin.

Tidak ada komentar: