30 Maret 2009

Tempat Untuk I'tikaf

Alhamdulillah, hari Ahad tanggal 29 kemarin saya berhasil menemukan masjid yang nyaman untuk I’tikaf. Itu adalah Al Kautsar; masjid Villa Kelapa Dua. Nggak terlalu jauh dari rumah, adem, dan lingkungannya kondusif. Bada Subuh hari Ahad kemarin sempat i'tikaf selama kira-kira 1 jam. Alhamdulillah muraja'ah juz 30 selesai.

Insya’ Allah mulai Senin ini saya akan rutin i’tikaf di Al Kautsar setiap hari. Antara 1 – 2 jam. Agendanya cuma 1, yaitu murajaah atau nambah hafalan. Jamnya sih belum bisa dipastikan karena dari hari Senin – Kamis bada Subuh saya mau ikut ta’lim di Darul Muwahhid. I’tikafnya mungkin setelah itu atau setelah sarapan dan ngurus tetek bengek di rumah. Kira-kira jam 9-an lah. Kalau hari Jum’at – Ahad insya’ Allah saya akan Subuh di sana lalu muraja’ahnya bada Subuh.

Semoga ini menjadi wasilah keberhasilan saya menghafal 5 juz tahun ini. Amin.

NB: sekarang sudah jam 09:42 nih. Time to go to Al Kautsar!

16 Maret 2009

Kejar Setoran

Subhanallah, kemarin Ahad sibuk banget. Dari pagi sampai sore. Akhirnya, jatah muraja’ah tanggal 15 nggak terkejar deh. Mau nggak mau, hari ini, jatah tanggal 15 dan 16 harus saya kejar. Weleh, weleh, kejar setoran lagi nih.

Jadi begini, kemarin itu rumah saya (lebih tepatnya rumah orangtua) jadi tempat pertemuan teman-teman yang mau berangkat ke Ciampea, Bogor. Mereka adalah panitia pernikahan salah satu teman saya, Suparno. Karena tempatnya jauh, mereka pun sepakat berangkat bareng naik mobil dari rumah saya. Tapi saya nggak ikut loh. Saya cuma nyediain tempat pertemuan dan tempat nitip motor. Soalnya jam 9 saya harus ke Manggarai.

Tentu saja, saya nggak mungkin nganggurin teman-teman. Kasian banget nggak dikasih makan dan minum. Padahal mereka ngumpulnya jam 06.00; pagi banget kan? Pasti belum sarapan tuh.

Lalu Shalat Zuhur, saya berencana ke Ciampea, ke walimahannya Suparno. Tapi ternyata, hujan besar. Masya ‘Allah, gede banget. Terpaksa berteduh di daerah Radio Dalam deh. Lalu setelah mempertimbangkan banyak hal, saya terpaksa membatalkan rencana ke Ciampea. Duh, afwan jiddan ya Mas Parno, nggak menuhin undangan antum.

Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a baynakuma fii khayrin.

Terus nyampe rumah jam 16.00; lalu shalat bareng istri. Lalu tidur… cape banget.

Malamnya, saya ngafalin surat Al Baqarah halaman 6. Sayangnya, karena sudah terlalu malam, keburu ngantuk, jatah muraja’ahnya jadi nggak kekejar deh. Cuma sempat ngafalin halaman 6. Wa idz qaa la rabbuka lil malaa-ikati...

NB: walau isi tas sudah saya bungkus plastik, ternyata masih tembus juga loh. Korbannya: mushaf kesayangan saya. Jadi basah dan berkerut-kerut deh. Ihik ihik mushafku…

13 Maret 2009

Sayyidina Utsman, Qari' dan Dermawan

Mau ngulas artikel yang saya muat kemarin nih.

Jujur, itu adalah hadits yang sangat indah bagi saya. Betapa Rasul membolehkan dengki pada 2 golongan tersebut (para qurra’ dan dermawan). Tentu ini karena kedua golongan tersebut mempunyai kedudukan yang amat mulia sehingga dengki kepada mereka diperbolehkan. Tentu dengki yang membawa kita agar beramal seperti mereka. Bukan dengki yang akan menuntun kita untuk mencelakakan mereka. Na’udzubillah deh.

Lalu bagaimana jika kedua keunggulan itu berkumpul pada satu orang? Pastilah kita akan sepakat bahwasanya orang tersebut amat sangat pantas disebut sebagai orang mulia. Hiperbolik banget yah? “Amat sangat pantas”. Ketauan Guru Bahasa Indonesia, dikritik abis-abisan nih :)

Dan seseorang yang mempunyai kedua keunggulan itu ternyata ada lho. Salah satunya adalah Sayyidina Utsman bin Affan. Tau dong siapa beliau? Yup. Beliau adalah salah satu As Sabiqunal Awwalun, khalifah rasyidah ketiga, dan menantu Rasul.

Sebenarnya masih banyak identitas beliau, tapi cukup 3 deh. Nanti nggak muat. Resiko ngemuat profil orang yang dimuliakan Allah: nggak cukup kata untuk menggambarkannya.

Nah, Sayyidina Utsman ini ternyata punya dua keunggulan yang disinggung Rasul, yaitu sebagai qari’ dan dermawan. Saya nggak akan ngebahas kedermawanan beliau karena saya yakin kita semua sudah tahu. Terkenal banget gitu lho.

Yang akan saya bahas adalah kehebatan beliau dalam membaca Al Qur’an. Silakan cek di www.cahaya-islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=259 dan www.imsa.us/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=196. Di sana dijelaskan bahwasanya Sayyidina Utsman:
1. Mengkhatamkan Al Qur’an dalam 1 rakaat shalat. Subhanallah, 30 juz dalam 1 rakaat! Padahal waktu i’tikaf di Al Hikmah Ramadhan kemarin, shalat 8 rakaat 3 juz aja saya nggak kuat. Apalagi 30 juz 1 rakaat.
2. Mengkhatamkan Al Qur’an dalam 7 hari, mulai malam Jum’at sampai malam Kamis. Ini perinciannya:
Malam Jum’at: Al Baqarah – Al Ma’idah,
Malam Sabtu: Al An’am – Hud,
Malam Ahad: Yusuf – Maryam,
Malam Senin: Thaha – Al Qashash,
Malam Selasa: Al Ankabut – Shad,
Malam Rabu: Az Zumar – Ar Rahman,
Malam Kamis: Al Waqi’ah – An Nas.

Luar biasa ya? Siang hari ngurus bisnis, dakwah, dan umat; malam hari mengkhatamkan Al Qur’an. Sayyidina Utsman memang luar biasa.

Alangkah indahnya jika Allah mengizinkan saya menjadi seperti beliau. Amin.

12 Maret 2009

Dua Pendengki Yang Disukai

Hari ini saya hanya mau menampilkan artikel yang ditulis salah satu ustadz saya di dunia maya dan dunia nyata: Ustadz Taufiq Hamim Effendi, Lc, MA. Beliau sempat mengajar saya di Ma’had Utsman di Mustawa Awwal dan Tsani. Sebenarnya kalau saya terus belajar di Ma'had Utsman, pasti beliau juga terus mengajar saya di mustawa selanjutnya. Tapi sayangnya karena… ah sudahlah, jangan terbiasa menyesali keputusan yang sudah diambil.

Anyway, judul asli tulisan ini adalah “Dua Pendengki Yang Disukai”. Dimuat di warnaislam.com. Ini linknya: http://warnaislam.com/blog/taufik/2008/10/31/22560/Dua_Pendengki_Disukai.htm

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallama bersabda : " Tidak ada kedengkian (yang bolehkan) kecuali dalam dua hal : (Dengki) kepada seseorang yang telah Allah ajarkan kepadanya Al-Qur'an lalu dia membacanya sepanjang siang dan malam hari, kemudian tetangganya mendengarnya dan berkata : " Oh… seandainya saja aku seperti dia, maka aku akan mengamalkannya seperti dia. Dan (Dengki) kepada seseorang yang telah Allah berikan kepadanya harta lalu dia menggunakannya untuk kebenaran. Lalu seseorang berkata : " Oh… seandainya saja aku seperti dia, maka aku akan mengamalkannya seperti dia ". (H.R. Bukhari)

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu : Aku mendengar Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallama bersabda : " Tidak ada kedengkian kecuali dalam dua hal : ( Dengki ) kepada seseorang yang telah Allah berikan kepadanya Al-Kitab dan dia membacanya dalam shalat sepanjang malam, Dengki )kepada seseorang yang telah Allah berikan kepadanya harta lalu dia bersedekah sepanjang siang dan malam hari ". (H.R. Bukhari)

KANDUNGAN HADITS

Dengki adalah diantara sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap kita, sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk menjauhinya dan bahkan kita harus berlindung dari kedengkian orang-orang yang dengki.

Demikian yang disebutkan di dalam Al-Qur'an surat Al-Falaq ayat 5 :
"Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."

Karena bila sifat dengki telah merasuki diri kita maka hal ini akan berakibat kepada hubungan yang tidak sehat terhadap orang lain.

Islam sebagai agama mulia bukan saja melarang manusia dari perbuatan yang tidak terpuji, namun ia juga memberikan solusi terbaik bagi para pemeluknya, yaitu dengan membolehkan kepada mereka untuk iri dan dengki dalam dua hal :

Pertama,

Kepada orang yang telah Allah ajarkan kepadanya Al-Qur'an lalu dia membacanya sepanjang siang dan malam hari, baik dalam shalatnya ataupun di luar shalat. Juga kita diperbolehkan dengki kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

Kedua,

Kepada orang yang telah diberikan rizki berupa harta lalu dia menggunakannya untuk kebaikan, baik dalam bentuk zakat, infaq, sedekah, keperluan pribadi ataupun yang lainnya.

Dengki yang demikian itu memang sangat dianjurkan sekali oleh Islam, sifat iri atau dengki seperi inilah yang harus tertanam pada diri kita, sifat ingin seperti orang lain dalam hal kebaikan dan tidak menginginkan kebaikan tersebut hilang dari orang tersebut yang dalam Islam disebut dengan ghibthah.

Seorang shahabat Nabi SAW yang bernama Zubair bin Awwam meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

" Penyakit umat terdahulu berupa dengki dan kebenbencian telah menjalar pada umat sebelum kalian, kebencian itu adalah pemangkas agama, bukanlah pemangkas rambut, demi Yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidak beriman kalian sehingga kalian saling mencintai, maukah kalian aku beritahu sesuatu yang apabila kalian lakukan dapat membuat kalian saling mencintai ? (yaitu) sebarkanlah salam" (H.R. Ahmad).

Semoga kita terhindar dari sifat dengki yang selama ini merasuki diri kita dan saudara-saudara kita. Sifat dengki yang akan membuat barisan kaum muslimin tercerai-berai, sifat dengki yang akan membuat kita tidak saling mencintai. Jadi kalaupun kita ingin jadi seorang pendengki, maka jadilah pendengki yang dibolehkan, sehingga kita pun akan dicintai.

Wallahu 'alam bish-shawab