06 Oktober 2009

Bantuan Untuk Saudara-saudara Kita di Sumbar

Kemarin saya sempet chat dengan Ustadz Civic tentang kondisi di Sumbar. Ternyata saat ini yang lebih dibutuhkan saudara-saudara kita di sana adalah dana/ uang.

So, mari kita sama-sama berupaya menyalurkan harta kita lewat lembaga-lembaga yang sudah menyatakan kesiapannya. Terserah kemana saja asalkan lembaga tersebut bisa dipercaya; bisa dipercaya menyalurkan kepada orang yang berhak dan bisa dipercaya menyalurkannya untuk bantuan, bukan kristenisasi atau yang sejenisnya (inget lho, relawan asing juga banyak yang masuk ke sana; tentu saja dengan membawa misi tersendiri).

Bagi rekan-rekan yang ingin menyalurkan lewat Posko Tabanni Mashalih HTI silakan mentransfer dana ke rekening an. Hizbut Tahrir Indonesia di Bank Syariah Mandiri No. rekening 0160233681 dan BNI Syariah No. rekening 0177325530.

Penderitaan mereka penderitaan kita juga. "Innamal Mu'minuna ikhwah"...

24 April 2009

Empat Jenis Manusia

Nih artikel oke punya deh. Bagi yang mau baca artikel aslinya, silakan ke http://warnaislam.com/blog/taufik/2009/4/18/57720/Empat_Jenis_Manusia.htm

======================================================================

Rasulullah SAW bersabda : "Perumpamaan orang Mukmin yang membaca Al-Quran seperti buah utrujah, baunya harum dan rasanya enak. Dan Perumpamaan orang Mukmin yang tidak membaca Al-Quran seperti buah korma, tidak wangi dan rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafiq yang membaca Al-Quran seperti buah raihanah baunya enak dan rasanya pahit. Dan Perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca Al-Quran seperti buah hanzhalah, tidak beraroma dan rasanya pahit" (HR. Bukhari dan Muslim).

Allah SWT telah memberikan banyak kekhususan kepada Rasulullah SAW, diantaranya adalah beliau telah diberikan jawami’ al-Kalim, terkadang keluar dari mulutnya yang mulia kalimat singkat namun Allah SWT berikan pengertian yang amat luas dan penuh makna. Atau ada banyak hadits dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan, namun memiliki pengertian yang amat dalam dan luas pula maknanya.

Dalam hadits di atas ini Rasulullah menggambarkan empat jenis manusia dalam penyikapannya terhadap Al-Quran :

Pertama : Mukmin yang selalu membaca Al-Quran

Jenis pertama ini akan memiliki aroma yang indah lahir dan batin. Dia diumpamakan bagaikan buah utrujah, rasanya enak dan aromanya wangi semerbak.

Seorang yang selalu membaca Al-Quran pasti dia akan merasakan ketenangan, kenyamanan jiwa dan hari-harinya akan selalu menyenangkan. Demikian pula orang yang berada di dekatnya, akan merasakan kenikmatan akan keindahan bacaan orang mukmin tersebut. Apalagi kalau dia juga ikut mendengarkannya dengan penuh kekhusyu’an, maka dia akan mendapatkan rahmat Allah SWT. Rasulullah pun berdoa agar Al-Quran dijadikan untuk sebagai penyejuk hatinya (rabi’al qalb).

Al-Quran pun pada hari kiamat kelak akan memberikan syafa’at kepada orang gemar membacanya. Diantara hikmah dari dikhususkannya buah utrujah yang memiliki aroma yang enak dan nikmat rasanya dari buah lainnya dari perumpamaan di atas adalah karena kulitnya saja bisa dijadikan obat dan dari bijinya dapat dikelurkan minyak yang memiliki banyak kasiat.

Kedua : Mukmin yang tidak membaca Al-Quran

Orang Mukmin yang tidak suka membaca Al-Quran maka pada hakikatnya dia telah kehilangan aroma lahir ini. Dia telah kehilangan kenikmatan yang begitu besar. Dia diumpamakan bagaikan buah korma, rasanya enak namun tidak memiliki wangi yang semerbak. Jadi ada sesuatu yang kurang pada diri mukmin tersebut.

Bagaimana dia dapat merasakan kenikmatan iman namun Al-Quran jarang dia sentuh atau bisa jadi sama sakali tidak dibacanya, atau dia ingin dijadikan seperti orang yang dibacakan Al-Quran setelah ajal menjemput, seperti kebiasaan sebagian kaum Muslimin yang membacakan Al-Quran kepada orang yang sudah mati?

Ketiga dan keempat : Munafiq yang membaca dan tidak membaca Al-Quran.

Orang munafiq yang hakiki adalah orang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Ada beberapa ciri orang munafiq, diantaranya apabila dia berbicara dia berdusta, bila dia berjanji dia ingkari dan apabila dia diberi amanah dia menyalahinya. Apabila ada orang memiliki sifat tersebut dan dalam hatinya dia mengingkari keimanannya kepada Allah SWT maka dia akan termasuk orang munafiq yang akan ditempatkan di neraka yang pang bawah (fiddarkil asfali minannar) dan kekal di dalamnya.

Orang munafiq ini walaupun dia terus berusaha ingin menampakkan keimannya di hadapan manusia maka akan bisa terlihat dari sikap dia terhadap Al-Quran. Walaupun dia membaca Al-Quran tetap saja dia menyembunyikan kekafirannya, maka Rasulullah SAW mengumpamakan dia bagaikan buah raihanah, aromanya semerbak namun rasanya pahit. Tilawah Al-Quran baginya hanyalah sekedar amalan zhahir yang hanya lewat kerongkongannya saja tidak lebih dari itu. Jenis manusia yang keempat lebih jelek lahir dan batin.

Dia diumpamakan bagaikan buah hanzhalah, pahit dan buruk rasanya. Jadi hanya orang bodoh saja yang akan terpedaya oleh penampilannya.

Sekarang apakah diri kita termasuk seperti buah utrujah yaitu Mukmin yang suka dan pandai membaca Al-Quran dan suka mengamalkannya? Atau malah termasuk tiga jenis manusia lainnya, silahkan tanya diri kita masing-masing.

Ataukah mulut dan lidah kita lebih banyak dan suka dibasahi oleh selain Al-Quran? Atau mata kita lebih sering dan suka melihat selain Al-Quran, ataukah telinga kita lebih suka dan sering mendengarkan kata-kata atau ucapan yang sia-sia dan tidak berguna untuk kehidupan di akhirat kelak? Atau apakah kita manusia super sibuk sehingga tidak ada waktu dan lupa untuk belajar dan membaca Al-Quran?...

Ya Allah jadikanlah Al-Quran penerang dan penyejuk hati kami, jadikan lidah kami selalu basah dengan berzikir kepada-Mu, jangan Engkau sibukkan kami dengan segala sesuatu yang dapat melalaikan kami dari berzikir dan membaca kitab-Mu...aamiin.

Wallahu a‘lam.

(Tulisan ini juga bisa dibaca di www.taufikhamim.com).

30 Maret 2009

Tempat Untuk I'tikaf

Alhamdulillah, hari Ahad tanggal 29 kemarin saya berhasil menemukan masjid yang nyaman untuk I’tikaf. Itu adalah Al Kautsar; masjid Villa Kelapa Dua. Nggak terlalu jauh dari rumah, adem, dan lingkungannya kondusif. Bada Subuh hari Ahad kemarin sempat i'tikaf selama kira-kira 1 jam. Alhamdulillah muraja'ah juz 30 selesai.

Insya’ Allah mulai Senin ini saya akan rutin i’tikaf di Al Kautsar setiap hari. Antara 1 – 2 jam. Agendanya cuma 1, yaitu murajaah atau nambah hafalan. Jamnya sih belum bisa dipastikan karena dari hari Senin – Kamis bada Subuh saya mau ikut ta’lim di Darul Muwahhid. I’tikafnya mungkin setelah itu atau setelah sarapan dan ngurus tetek bengek di rumah. Kira-kira jam 9-an lah. Kalau hari Jum’at – Ahad insya’ Allah saya akan Subuh di sana lalu muraja’ahnya bada Subuh.

Semoga ini menjadi wasilah keberhasilan saya menghafal 5 juz tahun ini. Amin.

NB: sekarang sudah jam 09:42 nih. Time to go to Al Kautsar!

16 Maret 2009

Kejar Setoran

Subhanallah, kemarin Ahad sibuk banget. Dari pagi sampai sore. Akhirnya, jatah muraja’ah tanggal 15 nggak terkejar deh. Mau nggak mau, hari ini, jatah tanggal 15 dan 16 harus saya kejar. Weleh, weleh, kejar setoran lagi nih.

Jadi begini, kemarin itu rumah saya (lebih tepatnya rumah orangtua) jadi tempat pertemuan teman-teman yang mau berangkat ke Ciampea, Bogor. Mereka adalah panitia pernikahan salah satu teman saya, Suparno. Karena tempatnya jauh, mereka pun sepakat berangkat bareng naik mobil dari rumah saya. Tapi saya nggak ikut loh. Saya cuma nyediain tempat pertemuan dan tempat nitip motor. Soalnya jam 9 saya harus ke Manggarai.

Tentu saja, saya nggak mungkin nganggurin teman-teman. Kasian banget nggak dikasih makan dan minum. Padahal mereka ngumpulnya jam 06.00; pagi banget kan? Pasti belum sarapan tuh.

Lalu Shalat Zuhur, saya berencana ke Ciampea, ke walimahannya Suparno. Tapi ternyata, hujan besar. Masya ‘Allah, gede banget. Terpaksa berteduh di daerah Radio Dalam deh. Lalu setelah mempertimbangkan banyak hal, saya terpaksa membatalkan rencana ke Ciampea. Duh, afwan jiddan ya Mas Parno, nggak menuhin undangan antum.

Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a baynakuma fii khayrin.

Terus nyampe rumah jam 16.00; lalu shalat bareng istri. Lalu tidur… cape banget.

Malamnya, saya ngafalin surat Al Baqarah halaman 6. Sayangnya, karena sudah terlalu malam, keburu ngantuk, jatah muraja’ahnya jadi nggak kekejar deh. Cuma sempat ngafalin halaman 6. Wa idz qaa la rabbuka lil malaa-ikati...

NB: walau isi tas sudah saya bungkus plastik, ternyata masih tembus juga loh. Korbannya: mushaf kesayangan saya. Jadi basah dan berkerut-kerut deh. Ihik ihik mushafku…

13 Maret 2009

Sayyidina Utsman, Qari' dan Dermawan

Mau ngulas artikel yang saya muat kemarin nih.

Jujur, itu adalah hadits yang sangat indah bagi saya. Betapa Rasul membolehkan dengki pada 2 golongan tersebut (para qurra’ dan dermawan). Tentu ini karena kedua golongan tersebut mempunyai kedudukan yang amat mulia sehingga dengki kepada mereka diperbolehkan. Tentu dengki yang membawa kita agar beramal seperti mereka. Bukan dengki yang akan menuntun kita untuk mencelakakan mereka. Na’udzubillah deh.

Lalu bagaimana jika kedua keunggulan itu berkumpul pada satu orang? Pastilah kita akan sepakat bahwasanya orang tersebut amat sangat pantas disebut sebagai orang mulia. Hiperbolik banget yah? “Amat sangat pantas”. Ketauan Guru Bahasa Indonesia, dikritik abis-abisan nih :)

Dan seseorang yang mempunyai kedua keunggulan itu ternyata ada lho. Salah satunya adalah Sayyidina Utsman bin Affan. Tau dong siapa beliau? Yup. Beliau adalah salah satu As Sabiqunal Awwalun, khalifah rasyidah ketiga, dan menantu Rasul.

Sebenarnya masih banyak identitas beliau, tapi cukup 3 deh. Nanti nggak muat. Resiko ngemuat profil orang yang dimuliakan Allah: nggak cukup kata untuk menggambarkannya.

Nah, Sayyidina Utsman ini ternyata punya dua keunggulan yang disinggung Rasul, yaitu sebagai qari’ dan dermawan. Saya nggak akan ngebahas kedermawanan beliau karena saya yakin kita semua sudah tahu. Terkenal banget gitu lho.

Yang akan saya bahas adalah kehebatan beliau dalam membaca Al Qur’an. Silakan cek di www.cahaya-islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=259 dan www.imsa.us/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=196. Di sana dijelaskan bahwasanya Sayyidina Utsman:
1. Mengkhatamkan Al Qur’an dalam 1 rakaat shalat. Subhanallah, 30 juz dalam 1 rakaat! Padahal waktu i’tikaf di Al Hikmah Ramadhan kemarin, shalat 8 rakaat 3 juz aja saya nggak kuat. Apalagi 30 juz 1 rakaat.
2. Mengkhatamkan Al Qur’an dalam 7 hari, mulai malam Jum’at sampai malam Kamis. Ini perinciannya:
Malam Jum’at: Al Baqarah – Al Ma’idah,
Malam Sabtu: Al An’am – Hud,
Malam Ahad: Yusuf – Maryam,
Malam Senin: Thaha – Al Qashash,
Malam Selasa: Al Ankabut – Shad,
Malam Rabu: Az Zumar – Ar Rahman,
Malam Kamis: Al Waqi’ah – An Nas.

Luar biasa ya? Siang hari ngurus bisnis, dakwah, dan umat; malam hari mengkhatamkan Al Qur’an. Sayyidina Utsman memang luar biasa.

Alangkah indahnya jika Allah mengizinkan saya menjadi seperti beliau. Amin.

12 Maret 2009

Dua Pendengki Yang Disukai

Hari ini saya hanya mau menampilkan artikel yang ditulis salah satu ustadz saya di dunia maya dan dunia nyata: Ustadz Taufiq Hamim Effendi, Lc, MA. Beliau sempat mengajar saya di Ma’had Utsman di Mustawa Awwal dan Tsani. Sebenarnya kalau saya terus belajar di Ma'had Utsman, pasti beliau juga terus mengajar saya di mustawa selanjutnya. Tapi sayangnya karena… ah sudahlah, jangan terbiasa menyesali keputusan yang sudah diambil.

Anyway, judul asli tulisan ini adalah “Dua Pendengki Yang Disukai”. Dimuat di warnaislam.com. Ini linknya: http://warnaislam.com/blog/taufik/2008/10/31/22560/Dua_Pendengki_Disukai.htm

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallama bersabda : " Tidak ada kedengkian (yang bolehkan) kecuali dalam dua hal : (Dengki) kepada seseorang yang telah Allah ajarkan kepadanya Al-Qur'an lalu dia membacanya sepanjang siang dan malam hari, kemudian tetangganya mendengarnya dan berkata : " Oh… seandainya saja aku seperti dia, maka aku akan mengamalkannya seperti dia. Dan (Dengki) kepada seseorang yang telah Allah berikan kepadanya harta lalu dia menggunakannya untuk kebenaran. Lalu seseorang berkata : " Oh… seandainya saja aku seperti dia, maka aku akan mengamalkannya seperti dia ". (H.R. Bukhari)

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu : Aku mendengar Rasulullah Shallahu 'alaihi wa sallama bersabda : " Tidak ada kedengkian kecuali dalam dua hal : ( Dengki ) kepada seseorang yang telah Allah berikan kepadanya Al-Kitab dan dia membacanya dalam shalat sepanjang malam, Dengki )kepada seseorang yang telah Allah berikan kepadanya harta lalu dia bersedekah sepanjang siang dan malam hari ". (H.R. Bukhari)

KANDUNGAN HADITS

Dengki adalah diantara sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap kita, sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk menjauhinya dan bahkan kita harus berlindung dari kedengkian orang-orang yang dengki.

Demikian yang disebutkan di dalam Al-Qur'an surat Al-Falaq ayat 5 :
"Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."

Karena bila sifat dengki telah merasuki diri kita maka hal ini akan berakibat kepada hubungan yang tidak sehat terhadap orang lain.

Islam sebagai agama mulia bukan saja melarang manusia dari perbuatan yang tidak terpuji, namun ia juga memberikan solusi terbaik bagi para pemeluknya, yaitu dengan membolehkan kepada mereka untuk iri dan dengki dalam dua hal :

Pertama,

Kepada orang yang telah Allah ajarkan kepadanya Al-Qur'an lalu dia membacanya sepanjang siang dan malam hari, baik dalam shalatnya ataupun di luar shalat. Juga kita diperbolehkan dengki kepada orang yang memiliki ilmu pengetahuan.

Kedua,

Kepada orang yang telah diberikan rizki berupa harta lalu dia menggunakannya untuk kebaikan, baik dalam bentuk zakat, infaq, sedekah, keperluan pribadi ataupun yang lainnya.

Dengki yang demikian itu memang sangat dianjurkan sekali oleh Islam, sifat iri atau dengki seperi inilah yang harus tertanam pada diri kita, sifat ingin seperti orang lain dalam hal kebaikan dan tidak menginginkan kebaikan tersebut hilang dari orang tersebut yang dalam Islam disebut dengan ghibthah.

Seorang shahabat Nabi SAW yang bernama Zubair bin Awwam meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

" Penyakit umat terdahulu berupa dengki dan kebenbencian telah menjalar pada umat sebelum kalian, kebencian itu adalah pemangkas agama, bukanlah pemangkas rambut, demi Yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidak beriman kalian sehingga kalian saling mencintai, maukah kalian aku beritahu sesuatu yang apabila kalian lakukan dapat membuat kalian saling mencintai ? (yaitu) sebarkanlah salam" (H.R. Ahmad).

Semoga kita terhindar dari sifat dengki yang selama ini merasuki diri kita dan saudara-saudara kita. Sifat dengki yang akan membuat barisan kaum muslimin tercerai-berai, sifat dengki yang akan membuat kita tidak saling mencintai. Jadi kalaupun kita ingin jadi seorang pendengki, maka jadilah pendengki yang dibolehkan, sehingga kita pun akan dicintai.

Wallahu 'alam bish-shawab

21 Januari 2009

Wajib Pindah Ke Kuadran 2

Alhamdulillah... tes kemaren sukses. Meskipun sempat bikin panik, tapi alhamdulillah akhirnya saya bisa melewati tes muraja'ah dengan baik. Bayangkan, bada subuh sudah berangkat ke Al Ikhlas. Bela-belain supaya nggak telat dan bisa persiapan lebih baik. Alhamdulillah sukses. Puas rasanya...

Tapi walau begitu, sebenarnya saya nggak terlalu puas. Ini karena setelah saya evaluasi, saya masih tergolong di Kuadran 1; orang-orang yang sering kepepet dalam mengerjakan sesuatu. Padahal pengennya tergolong Kuadran 2; orang-orang yang bisa menempatkan prioritas dengan baik. Riilnya, punya planning dan konsisten dengan itu. Kalau saya, kadang-kadang punya planning sih, tapi belum konsisten dengan itu. Padahal ke depannya, hafalan saya pasti nambah. Kalau sekarang baru sampai Al Jinn, ke depannya akan nambah Al Muzammil, Al Muddats-tsir, Al Qiyamah, Al Insan, dan Al Mursalat. Belum lagi juz-juz berikutnya, apalagi saya punya target 5 juz tahun ini.

Itu berarti, menempatkan diri di Kuadran 2 adalah kewajiban yang harus saya lakukan. Tidak ada pilihan lain. Kecuali, tentunya, kalau saya ingin gagal menjadi hafizh.

Pastinya, saya nggak mau! Uridu an akuuna al hafizh!